POTENSI PANAS BUMI INDONESIA

2010/03/15

Gajah vs Keledai

Saya pernah denger cermah Aa Gym tentang salah satu alasan mengapa kita harus menghargai pendapat orang. Dikatakan beliau bahwa pendapat kita berasal dari pengetahuan, pengalaman dan Sudut pandang.

Ada dua cerita yang disampaikan pada waktu itu, mungkin cerita-cerita ini pernah kita dengar sebelumnya. Hanya untuk mengingatkan kita, ceritanya akan saya ceritakan kembali. Dan ceritanya adalah sebagai berikut:

Cerita tentang Gajah

Tersebutlah ada 5 orang Tunanetra ditugaskan untuk memberikan laporan apa yang diketahuinya tentang Gajah. Dari laporan yang diterima ternyata semuanya memberi kesimpulan yang berbeda-beda. Orang pertama bilang gajah itu besar seperti tembok karena yang dipegang badannya, orang kedua melaporkan gajah itu seperti pohon kelapa karena yang diperiksanya adalah kaki gajah, orang ketiga mengatakan bahwa gajah itu seperti terompet karena yang diamatinya adalah belalainya, dan orang keempat mengambil kesimpulan bahwa gajah itu seperti cambuk karena yang menjadi perhatiannya adalah ekor gajah, sedangkan yang kelima menganalisa telinga gajah sehingga gajah itu tipis dan lebar. Padahal sebagaimana kita tahu gajah itu seperti apa.

Pelajaran pertama yang dapat diambil adalah kita harus tetap belajar dan terus belajar baik ilmu dunia dan ilmu agama, jangan sampai kita seperti kelima orang buta itu.

Pelajaran kedua adalah kita harus sangat menghargai pendapat orang lain karena pendapatnya belum tentu salah dan pendapat kita belum tentu benar. Mungkin saja kita dan mereka adalah salah dua dari orang buta itu.

Jadi pendapat mereka tergantung dari pengalaman dan pengetahuan mereka.

Cerita tentang Keledai

Suatu ketika ada seorang bapak dan anaknya akan pergi menuju sebuah tempat dengan menggunakan seekor keledai. Pada awalnya keledai dinaiki oleh si anak dan si bapak berjalan kaki kemudian mereka bertemu dengan seseorang yang mencibir mereka dengan alasan si anak tidak berbakti kepada orang tua dikarenakan membiarkan si bapak berjalan kaki. Selanjutnya bertukarlah posisi si bapak dan si anak, si bapak naik keledai dan si anak berjalan kaki. Tidak lama kemudian bertemulah mereka dengan seseorang yang mengatakan bahwa si bapak tidak sayang dengan anaknya karena membiarkan anaknya berjalan kaki. Setelahnya, keduanya menaiki keledai secara bersama-sama dan kemudian bertemu seseorang lagi yang berkomentar bahwa keduanya bukan orang baik dan tidak berperasaan karena tidak kasihan menaiki keledai kecil secara bersama-sama. Akhirnya mereka putuskan untuk tidak menaiki keledai tersebut, kemudian mereka bertemu lagi dengan seseorang yang tertawa-tawa lucu karena melihat mereka yang dianggapnya bodoh karena memiliki seekor keledai tapi cuma dituntun bukan dinaiki.

Pelajaran pertama adalah kita butuh aturan dan panduan yang jelas sehingga kita yakin bahwa segala tindakan kita adalah sebuah tindakan yang benar dan tepat bukan berdasarkan apa kata orang. Agama dan aturan negara menyediakan semua hal itu, terutama aturan agama yang kebenaran mutlak berasal dari Yang Maha Pencipta yang menjadi dasar semua aktivitas kita.

Pelajaran kedua yang bisa diambil adalah bahwa orang lain memberikan pendapat dari sudut pandang mereka sendiri.

Jadi pendapat mereka tergantung dari sudut pandang mereka.

Kesimpulan

Hargai pendapat orang lain karena pendapat kita belum pasti benar dan pendapat orang lain belum pasti salah. Pendapat yang dikeluarkan tergantung kepada pengetahuan, pengalaman dan sudut pandang.

0 comments:

Post a Comment